Sewaktu berada di balikpapan, gue sempat melihat seperti apa hujan debu dari gunung merapi. Disaat ratusan orang menggunakan masker. Apakah sesusah itu bernapas, itu lah rasa penasaran yang gue rasakan di saat tidak mengalaminya. Gue cuma bisa melihat dari sebuah layar televisi. Jarak pandang terbatas oleh tebalnya debu.
Kali ini gue benar-benar merasakannya, di saat gue berusaha keluar tadi pagi untuk sarapan pagi di sebuah warung. Hujan debu melanda kota jogja. Hujan Debu di jogja terjadi akibat erupsi gunung kelud, sebenarnya posisi gunung kelud sendiri sangat jauh dari kota jogja. Tapi arah anginlah yang membawa debu tersebut hingga sampai di kota jogja.
Gue pun penasaran, gue coba keluar untuk merasakan debu tersebut. Sesekali gue bermain main debu tersebut dengan menendang timbunan debu yang ada. Gue pun menelusuri hingga pinggir jalan raya, ternyata benar debu tersebut seperti membuat kabut. Jarak pandang pun terbatas. Tidak hampir 15 menit gue keliling-keliling di sekitar kost, nafas gue pun terasa sedikit sesak. Ya gue tidak menggunakan masker, karena gue ingin mencoba sensasinya. Benar-benar bahaya debu tersebut, rasa sesak di dada dan seperti radang di tenggorokan pun terasa sangat instan. Ya tidak apalah, paling tidak gue sudah mengetahui bahaya sebenarnya dari debu tersebut. Akhirnya gue pun memutuskan untuk kembali bertelur di dalam kamar.
Beberapa tempat sekitar pun gue foto, membuktikan ketebalan dari hujan debu tersebut.