Perang Vietnam yang terjadi sekitar tahun 1970 membuat sebagian besar warga Vietnam lari dari negaranya karena jumlah korban jiwa yang begitu tinggi akibat perang tersebut. Ribuan warga Vietnam berusaha meninggalkan negara tersebut untuk terhindar dari perang, mereka memilih lari menggunakan kapal kayu untuk mengungsi ke negara lain tanpa tujuan yang jelas. Perahu mereka terombang-ambing di lautan luas selama berbulan-bulan berharap kapal tersebut tersandar di pinggir pantai. Tidak semua pengungsi selamat beberapa kapalpun harus karam di terjang ganasnya ombak. Ribuan pengungsi lainnya yang selamat terpencar di beberapa negara terpisah, sebagian lainnya akhirnya tiba di salah satu negara yaitu Indonesia, mereka tiba dengan selamat di Pulau Galang, Kota Batam Propinsi Riau.
Cerita tersebutlah yang membuat saya semakin penasaran mengenai keberadaan Kampung Vietnam Di Batam tersebut. Untuk menuju ke Kampung Vietnam dari pusat Kota Batam kalian harus menempuh perjalanan kurang lebih 50 KM. Selama perjalanan menuju tempat tersebut kalian akan melewati Jembatan Barelang yang menjadi destinasi wajib kalian jika ke Batam.
Posisi Kampung Vietnam tidak jauh berada dari jembatan 4 barelang, kalau kalian bingung dimana jembatan 4 barelang kalian bisa menghitungnya dari jembatan barelang pertama. Selama menuju Kampung Vietnam dari jembatan barelang 1 ,pemandangan yang dapat kalian nikmati yaitu pohon dan pohon, terkecuali saat kalian melintasi jembatan, disini kalian akan melihat birunya laut. Ya tidak ada pemandangan yang seru saat menuju ke Kampung Vietnam tersebut, jika kalian menggunakan transportasi ojek menuju tempat tersebut dijamin kalian pasti akan mengantuk karena perjalanan yang begitu jauh.
Kurang lebih selama sejam perjalanan dari pusat Kota Batam akhirnya saya tiba di kawasan Kampung Vietnam. Sebelum masuk kalian akan melintasi sebuah portal untuk membayar tiket masuk, biaya tiket masuk perorang yaitu Rp 5.000 . Setelah membayar tiket masuk pemandangan masih tetap sama, kiri dan kanan kalian masih pepohonan belum terlihat seperti perkampungan. Saat itu saya berfikir asik bisa foto bareng sama orang Vietnam.
Kawasan pertama yang saya kunjungi saat itu ialah Kuil Quan Nam Tu yang berada di atas bukit. Kuil Quan Nam Tu ini diresmikan pada tahun 1979 oleh Maha Guru SEK CHONG SEN dari Tanjung Pinang dan para biksu-biksu dari Vietnam. Kuil tersebut menjadi saksi hidup para pengungsi yang berjuang bertahan hidup di tempat tersebut.
Di depan bangunan Kuil Quan Nam Tu tersebut terdapat patung DEWI GUANG SHI PU SHA yang konon dipercaya dapat mempermudah jodoh dan keharmonisan berumah tangga, nah buat siapa saja yang seret jodoh mungkin bisa mencoba untuk datang kesini. Selain itu di dalam kuil terdapat benda-benda antik yang sayangnya tidak boleh di foto, saya sendiri menanyakan kenapa karena tempat tersebut adalah daerah suci yang hanya digunakan untuk berdoa.
Tidak lama saya mengunjungi Kuil Quan Nam Tu tersebut, hanya sekitar 30 menit untuk mencari informasi tentang Kuil tersebut. Setelah itu saya melanjutkan perjalanan berkeliling di Kampung Vietnam dan berharap bertemu dengan warga Vietnam untuk berselfie bersama.
Tidak lama setelah meninggalkan Kuil Quan Nam Tu saya melihat 2 kapal kayu berukuran besar yang berada di persimpangan. Karena saya penasaran sang tukang ojekpun saya suruh berhenti sebentar, karena biasanya sesuatu yang dipajang pasti memiliki arti yang sangat berkesan.
Setelah melihat lebih dekat, saya melihat sebuah papan informasi yang sepertinya harus saya baca. Ketika saya membaca saya benar-benar merasakan bagaimana perjuangan para pengungsi tersebut untuk tiba di Pulau Galang. Tidak ada informasi lain mengenai status kapal yang terbuat dari kayu tersebut. Melihat lebih dekat kondisi Kapal tersebut terlihat sangat memprihatinkan, bagaimana tidak beberapa sisi sudah mulai keropos ( bolong ), pada bagian deck kapal juga terlihat berantakan. Saat itu saya berfikir sangat disayangkan informasi yang mungkin menjadi sejarah terlihat tidak terawat, semoga pemerintah Kota Batam membaca tulisan ini dan mau merawat peninggalan bersejarah tersebut.
Selepas dari melihat kapal tersebut dengan rasa sedikit kecewa, sayapun langsung melanjutkan perjalanan untuk mengitari kawasan kampung vietnam tersebut. Beberapa bangunan peninggalan terlihat di beberapa ruas jalan, dimana kebanyakan bangunan sama sekali tidak terawat, beberapa tempat terlihat menyeramkan karna kondisi bangunnannya yang tidak terawat. Ya saat itu saya hanya melintas, tidak ada spot atau rute pejalan kaki untuk melihat peninggalan bangunan tersebut, lagipula bangunan tersebut merupakan bangunan kosong yang tidak ada isinya. Di beberapa tempat terdapat penunjuk keterangan bekas rumah sakit, bekas aula, bekas perkampungan.
Saat itu saya berbicara dalam hati ” itu penunjuk arah bilang bekas rumah sakit, tapi tidak ada bekas-bekas atau sisa barang rumah sakit di dalam bangunan tersebut, terus apa yang mau saya bilang saat menyatakan itu bekas rumah sakit ”
Selesai berkeliling sayapun tidak menemukan warga vietnam di Kampung Vietnam untuk ber selfie, hingga akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Hotel Hana dimana saya menginap. Kesimpulannya hanya dua kawasan yang menarik yang dapat kita kunjungi di Kampung Vietnam yaitu Kuil Quan Nam Tu dan Kapal Tua para pengungsi yang tidak terawat. Oh ya satu lagi disini tidak terdapat lagi warga Vietnam karena pada tahun 1996 seluruh pengungsi warga Vietnam telah dipulangkan kembali ke negara asalnya.
Untuk menuju Kampung Vietnam dari pusat Kota Batam hanya ada dua tranposrtasi yaitu Ojek atau Mobil rental. Biaya ojek untuk ke Kampung Vietnam yaitu 220K pulang pergi, untuk rental mobil disarankan untuk merental mobil langsung satu hari, bukan rental per-destinasi yang jatuh harganya sama dengan menyewa mobil selama satu hari. Sebelum menuju Kampung Vietnam jika kalian menggunakan ojek saya sarankan kalian menggunakan baju lengan panjang dan masker atau kulit kalian akan gosong karena teriknya matahari, ingat perjalanan kalian hampir 1 jam dari pusat Kota Batam.